Karateristik Peserta didik
Nama :
Budi
NIM :
11901203
Kelas :
PAI 4G
Mata
Kuliah : Magang 1
Karakteristik Peserta Didik
A. Definisi Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak,
pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap. Karakteristik merupakan suatu gaya hidup seseorang
maupun nilai yang berkembang secara teratur setiap hari yang mengacu kepada
tingkah laku yang mengarah pada kepribadian yang lebih konsisten dan mudah
dipahami. Peserta didik merupakan orang yang mendapatkan pengaruh dari
berbagai kelompok yang sedang melaksanakan pendidikan. Peserta didik merupakan
unsur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
Karakteristik peserta didik didefinisikan
sebagai ciri dari kualitas perorangan peserta didik yang ada pada umumnya
meliputi antara lain kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi
terhadap mata pelajaran, pengalaman, ketrampilan, psikomotorik, kemampuan kerjasama,
serta kemampuan sosial. Secara umum
karakteristik peserta didik yang disebut sebagai karakter individu ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, latar belakang, dan
keturunan (gender). Faktor – faktor tersebut telah dibawa sejak peserta didik
lahir. Tetapi faktor tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan dari lingkungan
sosial yang menjadi titik awal menentukan kualitas hidup.
B. Faktor yang Mempengaruhi
Karakteristik Peserta Didik
1. Dalam diri individu sendiri
Sejak berada dalam kandungan, janin tumbuh dan
berkembang seseuai dengan proses tahapannya. Jadi akan terdapat berbagai faktor
yang mempengaruhinya, yakni:
a) Bakat
Setiap bakat yang dimiliki oleh peserta didik dapat
tumbuh dengan sendirinya dan tergantung pada peserta didik itu sendiri mau atau
tidak dalam mengembangkan potensi bakat yang dimiliki.
b) Sifat keturunan
Berdasarkan fakta yang dimiliki oleh manusia, maka
besar kemungkinan bagi peserta didik untuk memiliki sifat yang berdasarkan
garis keturunan yang dimiliki oleh orang tua mereka.
c) Dorongan dan instik
Dorongan dan instik yang dimiliki oleh peserta didik
berasala dari batin mereka masing-masing. Sehingga dorongan disini merupakan
ambisi dari peserta didik untuk terus maju dalam meningkatkan proses
pembelajaran.
2. Luar dari Individu
Faktor selanjutnya yakni berdasarkan dengan keadaan
lingkungan tempat tinggalnya yang dapat mempengaruhi karakteristik peserta
didik antara lain:
a) Makanan
Makanan maupun minuman dapat mempengaruhi dan
menghambat perkembangan peserta didik karena setiap makanan dan minuman yang
dikonsumsui dapat menjadi gizi dan racun bagi kesehatan tubuh manusia.
b) Iklim
Iklim yang dimiliki oleh suatu negara juga dapat
memperuhi karakteristik peserta didi. Karena bila iklim di sekitar mereka baik
dan tidak buruk. Maka sedikit kemungkinan untuk menghambat perkemangan
karakteristik peserta didik.
c) Ekonomi
Ekonomi yang yang dimiki oleh pserta didik juga mampu
menghambat perkembangan karakteristik peserta didik. Karena semakin tinggi
ataupun semakin rendah suatu ekonomi yang dimiliki maka akan besar pengaruhnya
terhadap karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Umum
a) Intelegensi
Kemampuan intelegensi ataupun intelektual yang
dimiliki oleh peserta didik dapat mempengaruhi ke dalam proses pembelajaran
peserta didik.
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin juga bisa disebut sebagai penghambat
karakteristik peserta didik. Karena setiap laki-laki maupun wanita memilki
perbedaan yang signifikan untuk diketahui oleh peserta didik.
C. Karakteristik Peserta Didik
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu intelektual yang dimiliki
oleh peserta didik. Pengetahuan inilah yang disebut dengan intelegensi siswa
yang harus tetap dipertahankan untuk kemampuan peserta didik.
a) Arbitrarily meaningfull knowledge (pengetahuan
bermakna tak terorganisasi).
Pengetahuan ini merupakan tempat untuk mengaitkan
suatu kemampuan menghafal. Hafalan dalam hal ini merupakan hafalan yang tidak
terlalu penting. Namun masih memiliki makna penting bagi pengetahuan peserta
didik. Sehingga hafalannya hanya untuk memudahkan retensi.
b) Analogic knowledge (pengetahuan analogis)
Pengetahuan seperti ini merupakan pengetahuan baru
yang mengaitkan pengetahuan dengan kemampuan peserta didik maupun pengetahuan
baru yang masih sama dan serupa serta berada di luar topik atau isi yang sedang
dibacarakan.
c) Superordinate knowledge (pengetahuan tingkat yang lebih
tinggi)
Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi ini merupakan
pengetahuan yang memiliki tingkat yang berada diatas analogic knowledge. Jadi
dalam hal ini pengetahuan tingkat lebih tinggi dapat berfungsi sebagai tonggak
atau kerangka bagi pengetahuan yang baru.
d) Coordinate knowledge (pengetahuan setingkat)
Pengetahuan setingkat ini merupakan pengetahuan yang
berfungsi sebagai pengetahuan yang komparatif.
e) Subordinate knowledge (pengetahuan tingkat yang lebih
rendah)
Pengetahuan tingkat yang lebih rendah ini merupakan
pengetahuan yang berfungsi untuk menyatakan kebenaran pengetahuan baru yang
sebenarnya. Sehingga dapat dibuktikan dengan memberikan contoh-contohnya.
f) Experiential knowlege (pengetahuan pengalaman)
Pengetahuan berdasarkan pengalaman ini memiliki fungsi
dan tujuan yang sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah. Pada
pengetahuan pengalaman ini juga mengkonkritkan atau memberikan fakta dengan
menyediakan bukti contoh untuk pengetahuan baru.
g) Cognitive strategy (strategi kognitif)
Strategi kognitif yang dimaksud ialah suatu strategi
yang menyediakan berbagai cara dalam mengolah pengetahuan baru. Sehingga akan
ada pemikiran ataupun pengungkapan kembali terhadap pengetahuan yang telah
tersimpan dalam memori ingatan
2. Gaya
a) Gaya belajar visual
Dalam gaya belajar visual yang terjadi pada peserta
didik dapat diketahui melalui ciri-ciri utama yakni dengan menggunakan indera
penglihatan. Reigeluth (1999) menjelaskan bahwa gaya belajar dengan visual ini
lebih suka berbicara cepat, suka mencoret-coret saat menelpon, dan lebih suka
melihat gambar peta beserta penjelasannya.pada umumnya peserta didik dengan
gaya visual ini biasanya menerapkan suatu strategi visual yang sangat kuat
dengan menyerap suatu informasi dengan ungkapan gambar. Ciri-ciri gaya belajar
visual yakni antara lain:
· Bicara cepat
· Lebih mementingkan penampilan
· Bersikap rapi dan teratur
· Tidak mudah terganggu bila ada keributan
· Lebih suka membaca daripada dibacakan
· Lebih suka mencorat coret meski bukan hal yang penting
· Lebih suka mengingat wajah orang daripada mengingat
namanya
b) Gaya belajar auditorial
Bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori
dapt dikenal dan diketahui dengan ciri-ciri yang lebih dominan yakni dengan
menggunakan kekuatan indera pendengaran. Reigeluth (1993) menjelaskan bahwa
peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori lebih suka berbicara daripada
membaca maupun menulis. Reigeluth (1999) juga menyatakan bahwa “aku mendengar apa
yang kau katakan”. Kecepatan dalam berbicara juga sedang. Pada saat menyerap
informasi umumnya orang bergaya belajar auditori juga menerapkan adanya
strategi pendengaran yang sangat kuat. Sehingga pendidik yakni guru juga harus
menerapkan pembelajaran yang memberikan suatu variasi pengajaran yang dapat
diterima dan dimengerti oleh peserta didik dengan gaya belajar auditori. Ciri
ciri gaya belajar auditorial yakni:
· Pada saat bekerja suka berbicara kepada dirinya
sendiri
· Merasa terganggu bila ada keributan
· Kesulitan dalam menulis maupun mengarang
· Lebih suka bercerita
· Menyukai lelucon dari lisan daripada dari komik
· Bila berbicara dalam irama yang berpola
· Bila berdiskusi selalu menggunakan kata kata yang
Panjang
· Selalu mengulangi kata kata yang terlontar dan dapat
menirukan nada pembicaraan orang lain
· Lebih suka mendengarkan musik
· Bila berbicara dengan orang lain selalu memalingkan
penglihatannya dan tidka melakukan kontak mata saat berbicara dengan orang
lain.
c) Gaya belajar kinestetik
Reigeluth (1993) menjelaskan bahwa peserta didik yang
menggunakan gaya belajar kinestetik lebih suka menggerakkan anggota tubuhnya
saat berbicar dan sulit untuk diam. Pada umumnya peserta didik yang menggunakan
gaya belajar kinestetik memahami informasi dengan menggunakan strategi fisik
dan mampu berekspresi dengan fisik mereka. Adapun ciri-ciri yang dapat melihat
peserta didik dengan menggunakan gaya belajar kinestetik antara lain:
· Berbicara dengan perlahan
· Membutuhkan waktu untuk berpikir dalam berbicara
maupun dalam bertindak
· Penampilan selalu rapi
· Tidak mudah terganggu dengan keributan
· Bila belajar selalu menggunakan praktek menghafal
dengan berjalan
· Membuat keputusan berdasarkan perasan.
3. Minat
Minat merupakan suatu hal yang berpengaruh besar
tehadap belajar peserta didik. Apabila materi pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat peserta didik maka, peserta didik akan bersemangat dan
tidak berambisi dalam mempelajarinya. Karena bagi mereka, tidak akan ada daya
tarik yang membuat mereka untuk berambisi dalam mempelajarinya. Sehingga tidak
akan ada kepuasan bagi peserta didik. Tapi jika materi pelajarannya diminati
dan dan menarik peserta didik maka akan menumbuhkan minat dan menambah semangat
terhadap kegitan pembelajaran. Peserta didik yang kurang meminati materi
pembelajaran, maka dapat diusahakan untuk mempunyai minat yang cukup besar
dengan cara menjelaskan menggunakan metode yang menarik dan hal yang berguna
bagi peserta didik. Serta dapat dilakukan dengan mendongkrak semngat peserta
didik untuk menjelaskan materi yang berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.
4. Motivasi belajar
Motivasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan.
Karena pendidik harus mampu mendorong dan mendongkrak peserta didik agar dapat
belajar dengan tekun dan bersemangat dalam merencanakan maupun melaksanakan
sesuatu yang selalu ada hubungannya dengan kegiatan belajar. Menurut Reigeluth
(dalam Degeng, 1999) motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:
a) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan hal yang berasal dari
dalam diri peserta didik sendiri yang dapat mendorong untuk melakukan tindakan
belajar. Motivasi intrinsik merupakan suatu kesenangan materi yang menyangkut
tentang kehidupan masa depan peserta didik sendiri.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan suatu motivasi yang
datang dari luar individu peserta didik yang dapat mendorong untuk tekun
belajar. Adanya hadiah maupun pujian merupakan contoh yang konkrit pada
motivasi ekstrinsik yang dapat mendongkrak peserta didik untuk belajar. Tidak
adanya motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik dapat berpengaruh terhadap
kurang bersemangatnya dalam melakukan proses mempelajari materi pelajaran baik
di sekolah maupun di rumah.
D. Cara Menganalisis Karakteristik Peserta Didik
Reigeluth (dalam Degeng, 1999) dalam menganalisis
karakteristik peserta didik dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan menjadi
tiga cara yakni kemampuan yang berkaitan dengan:
1. Pengetahuan yang akan diajarkan
2. Pengetahuan yang berada diluar pengetahuan yang
dibicarakan
3. Pengetahuan mengenai ketrampilan generic
Pada klasifikasi yang pertama ini berhubungan dengan
pengetahuan yang akan diajarkan dan meliputi berbagai tingkat pengetahuan
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (Superordinate
knowledge)
Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi ini merupakan
pengetahuan yang memiliki tingkat yang berada diatas analogic knowledge. Jadi
dalam hal ini pengetahuan tingkat lebih tinggi dapat berfungsi sebagai tonggak
atau kerangka bagi pengetahuan yang baru.
2. Coordinate knowledge (pengetahuan setingkat)
Pengetahuan setingkat ini merupakan pengetahuan yang
berfungsi sebagai pengetahuan yang komparatif.
3. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (Subordinate
knowledge)
Pengetahuan tingkat yang lebih rendah ini merupakan
pengetahuan yang berfungsi untuk menyatakan kebenaran pengetahuan baru yang sebenarnya.
Sehingga dapat dibuktikan dengan memberikan contoh-contohnya.
4. Pengetahuan pengalaman (Experiential knowlege)
Pengetahuan berdasarkan pengalaman ini memiliki fungsi
dan tujuan yang sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah. Pada pengetahuan
pengalaman ini juga mengkonkritkan atau memberikan fakta dengan menyediakan
bukti contoh untuk pengetahuan baru.
Sedangkan dalam klasifikasi kedua berkaitan dengan
pengetahuan yang berada di luar konteks pengetahuan yang akan dibicarakan yang
meliputi berbagai identifikasi pengetahuan sebagai berikut:
a) Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (Arbitrarily
meaningfull knowledge).
Pengetahuan ini merupakan tempat untuk mengaitkan
suatu kemampuan menghafal. Hafalan dalam hal ini merupakan hafalan yang tidak
terlalu penting. Namun masih memiliki makna penting bagi pengetahuan peserta
didik. Sehingga hafalannya hanya untuk memudahkan retensi.
b) Pengetahuan analogis (Analogic knowledge)
Pengetahuan seperti ini merupakan pengetahuan baru
yang mengaitkan pengetahuan dengan kemampuan peserta didik maupun pengetahuan
baru yang masih sama dan serupa serta berada di luar topik atau isi yang sedang
dibicarakan.
Adapun klasifikasi yang ketiga yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang ketrampilan generik yakni meliputi:
1. Strategi kognitif (Cognitive strategy)
Strategi kognitif yang dimaksud ialah suatu strategi
yang menyediakan berbagai cara dalam mengolah pengetahuan baru. Sehingga akan
ada pemikiran ataupun pengungkapan kembali terhadap pengetahuan yang telah
tersimpan dalam memori ingatan. Apabila dilihat dari tingkat penguasaan,
kemampuan awal peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi tiga antara lain:
· Kemampuan awal siap pakai
Pada tahapan ini lebih mengacu pada kemampuan awal,
sebagaimana telah diidentifikasi oleh Reigeluth. Sehingga peserta didik juga
sudah bisa menguasainya. Selain itu peserta didik juga dapat memakainya dalam
situasi apaun.
· Kemampuan awal siap ulang
Pada tahapan ini mengacu pada kemampuan awal peserta
didik, dimana peserta didik masih belum menguasai materi yang seharusnya
dipahami. Sehingga peserta didik bergantung pada sumber sumber yang releva
seperti buku untuk menggunakan kemampuan awal siap ulang ini.
· Kemampuan awal pengenalan
Pada tahapan kemampuan awal pengenalan ini, peserta
didik perlu mengulangi beberapa kali agar lebih memahaminya. Sehingga dalam
kemampuan awal ini masih tergantung pada sumber buku yang relevan dan peserta
didik juga terkadang belum menguasainya.
Pada setiap pengidentifikasian kemampuan yng telah
diidentifikasi (Reigeluth, 1993) mengungkapkan bahwa kemampuan awal peserta
didik ada yang masih mencapai tingkat pengenalan, adapula yang mencapai siap
pakai. Sehingga dalam menganalisis karakteristik peserta didik perlu
memperhatikan setiap kemampuan awal yang bervariasi penguasaannya dari peserta
didik yang satu terhadap peserta didik yang lain. Pendidikpun juga perlu
memperhatikan karakteristik peserta didik. Dalam hal inikemampuan awal sangat
penting berperan sebagai pengembangan dalam pembelajaran khususnya dalam
memilih strategi pembelajaran.
SUMBER
Janawi. 2019. Memahami Karakteristik Peserta Didik
dalam Proses Pembelajaran. Tarbawy: Jurnal Pendidikan Islam. Vol.
6, No. 2.
Asri Budiningsih, C. 2011. Karakteristik Siswa sebagai
Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran. Cakrawala Pendidikan.
Tahun XXX, Nomor 1.
Hanifah, Hani. Susanti, Susi dan Setiawan Adji, Aris.
2020. Perilaku Dan Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tujuan
Pembelajaran. Manazhim: Jurnal Manajemen dan Ilmu Pendidikan.
Volume 2, Nomor 1.
Ramli, M. 2015. Hakikat Pendidik Dan Peserta
Didik. Tarbiyah Islamiyah. Volume 5, Nomor 1.
Sukring.
2013. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Komentar
Posting Komentar